PUASA DENGAN HATI SAAT PANDEMI
Alhamdulillah ini tahun ke tiga menjalani puasa pada musim pandemi. Pandemi
yang entah sampai kapan akan berakhir. Banyak pelajaran berharga yang didapat
saat pandemi ini. Puasa pertama musim pandemi lalu, saya ditugaskan sebagai tim
tenaga kesehatan IGD Covid-19 yang ikut
terjun langsung menerima pasien covid-19. Saat itu yang terbayang sebelum
menjalaninya adalah bagaimana tetap berpuasa menahan haus dan lapar dengan
pakaian hanzmat. Panas, gerah, berkeringat dan haus pastinya. Membayangkan saja
rasanya begitu takut belum harus kontak dengan pasien yang sangat beresiko
tertular. Saat itu dalam pikiran saya, jangan sampai tertular karena
kasian keluarga saya. Setelah mendapat
surat tugas, saya dan suami memutuskan agar anak –anak diantar ke tempat orang
tua saya di Kerinci. Dengan pertimbangan meskipun nanti saya kontak dengan
pasien covid dan tertular setidaknya cukup saya. Meski secara psikologis berat
berpisah dengan anak-anak. Bulan puasa tahun 2019 saya isi dengan shift dinas
pagi, siang dan malam di ruang IGD
Covid.
Sebagai garda terdepan saat itu
dimana pandemi mulai meningkat di kabupaten Mukomuko. Tingkat kecemasan,
tekanan psikologis dan sosial bagi tenaga kesehatan sangat tinggi. Merasa ditakuti
ketika keluar rumah membeli takjil meskipun jadwal lagi libur. Anggapan
masyarakat saat itu kami petugas kesehatan yang menangai covid bisa menularkan
covid ke mereka. Keadaan ini membuat kami lebih banyak di dalam rumah
menghabiskan waktu dengan belajar dan medengar tausiyah. Astagfirullah ujian
terberat saat ini jauh dari anak dan merasa ditakuti. Bersyukur sebulan saya
lalui sebagai petugas Covid, maka surat tugas baru pun keluar. Karena memang
aturan dari rumah sakit kami petugas kesehatan khususnya perawat akan
bergantian menjadi petugas tim tenaga kesehatan Covid-19. Beban mental yang
tadinya terasa begitu berat menjadi ringan seketika mendengar kabar gembira
tersebut dan sekarang saatnya untut test PCR. Memastikan bahwa diri bebas dari
covid. Menunggu hasil test PCR juga dengan jantung yang dag dig dug
deeerrr.Bagaiaman kalau positif, pasti saya belum bisa berkumpul dengan ananda
tercinta dan orang tua. Dan alhamdulillah hasil testnya pun negatif dan saya
bersama suami memutuskan menjemput anak- anak ditempat orang tua saya. Sekalian
lebaran disana.
Masyaallah tabarakallah Allah itu
maha baik dan sesuai dengan sangkaan hambaNya. Menjaga rasa baik sangka, terus
berserah dan merasa tidak berdaya dikala itu, yang saya yakini apapun yang
terjadi saat ini adalah yang terbaik yang Allah berikan untuk keluarga kami. Semua
kami jalani dengan ikhlas dan tetap menjaga kewarasan.
Beberapa hal yang kami lakukan
agar tetap waras sebagai petugas kesehatan yang lagi puasa dan menangani covid
19 saat pandemi adalah :
1.
Hati yang tenang
Hati yang tenang
bisa dirasakan dengan cara menerima, ikhlas menjalaninya, dan ridho akan
ketetapan Nya. Pasti Allah punya alasan mengapa saya yang dipilih saat ini
untuk berjuang di garda depan. Bahagia dan bangga dengan profesi saya sebagai perawat
adalah tugas mulia yang allah titipkan. Semoga pekerjaan ini menjadi wasilah
bagi saya berbuat kebaikan untuk orang
lain. Yang tadinya sempit terasa lapang seketika ketika kita menerima,yang
tadinya berat terasa ringan ketika allah turunkan pertolongan.
2.
Jangan stress
Pandemi tidak
hanya menimbulkan gejala dan keluahan fisik pada pederita covid tetapi juga
meningkatkan stress. Apalagi kami sebagai petugas keseahatan tingkat stress
akan sangat tinggi, ketakutan-ketakutan seolah memenuhi pikiran kami. Apa yang
saya lakukan? Mengurangi tingkat stres dengan banyak ber “me time” dengan Allah
menyampaikan apapun bentuk ketakutan saya saat itu. Takut tidak bisa melayani
pasien, takut APD tidak lengkap saat menangani pasien, takut tertular, takut
tidak sanggup menahan haus, takut jika harus isolasi mandiri kalo terinfeksi,
tajut tidak bisa menyiapkan buka puasa dan sahur untuk suami dan banyak
ketakutan lainnya. Semua ketakutan berubah menjadi ketenangan ketika kitamengakui
ketidak berdayaan kita dalam menghadapi virus yang kecil ini, menyerahkan semua kepada Nya just focus on
Allah, dan terus merayu meminta padaNya agar diberikan ketenangan dalam
menghadapi pandemi ini.
3.
Istirahat yang cukup
Sebagai petugas
kesehatan kata-kata istirahat yang cukup rasanya terlalu sempurna bagi kami
karena kami yang shift malam harus siap begadang jika pasien datang ke IGD
covid di malam hari. Maka cara saya memenuhi waktu istirahat saya yang kurang
dengan istirahat di siang hari meski kualitas istirahatnya tidak sama dengan
malam tetapi yakin dan selalu berdoa sebelum istirahat. Ya Allah, jadikanlah
istirahat kali ini adalah istirahat terbaik saya, yang menghilangkan lelah dan
letih saya dan pengganti istirahat semalam. Alhamdulillah ya allah terimakasih
masih memberikan waktu kepada saya untuk istirahat siang ini.
4.
Makan makanan yang bergizi
Selain istirahat
yang cukup, makanan yang dikosumsi juga harus diperhatikan terutama kebersihan
dan nilai kandungan gizinya. Untuk menjaga agar tetap fit dan sehat. Makanan yang
bagus dikosumsi adalah makanan nabati seperti : sayur, buah, kacang-kacangan
yang mengandung antioksidan. Dengan mengkosumsi makanan seperti ini dapat
meningkatkan imun dan daya tahan tubuh saat berpuasa. Selain makanan nabati
kosumsi lemak yang baik juga penting. Lemak yang baik itu terdapat pada zaitun
dan ikan salmon.
5.
Olahraga ringan
Saat puasa saya
lebih memilih olahraga ringan seperti peregangan dan senam yang tidak begitu
banyak menguras energi cukup 5 s.d 10 menit. Sebaiknya dilakukan pada waktu
menjelang berbuka puasa. Intinya jangan memaksakan diri. Lakukan olahraga
semampunya dan teratur.
6.
Minum air putih saat berbuka
Saat berbuka
yang pertama saya lakukan adalah minum air putih sebagaim pengganti cairan
tubuh yang hilang seharian berpuasa. Apalagi kalo sempat memakai hanzmat terasa
banget cairan tubuh banyak keluar lewat keringat. Jadi saat malam memperbanyak
minum air putih.
7.
Mengkosumsi vitamin tambahan
Vitamin yang
dikosumsi adalah vitamin C, D dan zinc. Selain mengkosumsi buah yang kandungan
vitamin C nya, suplemen juga dibutuhkan agar daya tahan tubuh tetap terjaga dan
bisa melawan virus ini.
8.
Tetap menerapkan Prokes dan APD
Menjaga
kebersihan tangan, menggunakan masker dan menjaga jarak adalah hal yang dari
mulai pandemi sampai sekarang menjadi kebiasaan. Terus di jaga dan di tingkatkan.
Kemudian saat menangani pasien APD memang menjadi suatu kewajiban dan tidak
lupa semua yang dilakukan lillahita’ala.
Semua tips ini
adalah ikhtiar yang dilakukan saat menjalani puasa disaat pandemi khususnya
bagi petugas kesehatan. Tetapi semua kembali kepada Allah yang menguatkan,
menjaga dan melindungi kita dari virus yang juga ciptaanNya.
Catatan pentingnya menjalani
puasa disaat pandemi tidak hanya menjaga diri dari tertularnya virus tetapi
juga menjaga hati. Tidak hanya membersihkan diri dari hal hal yang beresiko
infeksi tetapi juga membersihakan hati. Tidak hanyak fokus pada diri dan
keluarga sendiri agar tidak terinfeksi
tetapi meluaskan hati menjaga sesama dan berbagi bersama di masa pandemi.(WS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar